Disekolah yang berada di Amerika Utara ada seorang anak laki - laki bernama Nick. Dia tidak bisa mendengar. Dia sedihkarena dia berbeda dengan yang lainnya.
Suatu hari dia mencoba bermain alat DJ di ruang musik di sekolahnya, tetapi tiba - tiba dia emosi (sedikit nangis) karena tidak bisa mendengar hasil permainan dia. Tiba - Tiba ada salah satu guru vokal masuk kedalam ruangan dan bertepuk tangan.
Setelah itu Bapak Guru itu langsung membantunya dan memberitahu cara untuk bisa mendengar hasilnya dengan cara merasakannya dari headphonenya di taruh ke leher. Ia sangat bergembira dan tidak sedih lagi.
Sudah lama ia rajin berlatih, dan hari ini adalah waktu dimana ia harus pentas mamainkan alat musik DJ itu bersama - sama penari - penari. Ada suara bapak - bapak yang berkata begini “Hadirin semuanya sekaranglah waktunya untuk Nick dan teman - temannya untuk pentas!!” Semua kerumunan penonton bertepuk tangan. Wah...Nick sudah di panggil.
Ia memainkan satu lagu....dan yang kedua.....Nick memainkan semua itu dengan sempurna, tetapi ketika ia memulai lagu yang ketiga speaker yang besar semuanya mati sedangkan headphone Nick tidak mati.
Penari - penari di panggung panik, sedangkan Nick enak saja memainkan lagunya. Di akhir lagu ia melihat bahwa orang orang kecurigaan. Ia pun, melepaskan headphonenya ia putarkan lagu dan lari ke salah satu speaker besar dan merabanya ternyata tidak ada rasa apa - apa. Pasti ini mati pikirnya ia sangat malu dan menangis. Ia lari ke arah belakang bangunan.
Pak Guru mengejarnya dan menegur “Kamu kenapa...kenapa kamu kabur.” Lalu Nick menjawab “Aku malu sama orang - orang...Aku takut mereka mengejek ejeki aku.” Pak Guru menenangkan Nick dan mengajak Nick untuk kembali ke panggung.
Di panggung sudah ada orang yang menunggu, ia bernama Stephen. Ia adalah orang pemegang audio waktu Nick tampil. Ia datang untuk meminta maaf. “Nick maafkan aku yah...aku yang bersalah. Tadi waktu aku minum, tidak sengaja tombol mematikan speaker besar terpencet.” kata Stephen. “Aku mohon, maafkan aku.” Nick memaafkannya dan penonton bertepuk tangan.
MORAL: Moral dari cerita ini mengatakan bahwa kita harus saling memaafkan dan juga jangan ceroboh